Cerpen Dewasa Karya LD. Ahmad Karwin
KEPERGIAN SHEILA
Pagi
masih terlihat sejuk, burung-burungpun terus bernyanyi dengan riangnya
diranting-ranting pohon depan kamarku. Entah mengapa hari ini aku merasa
bersemangat sekali. Mungkin karena aku akan bertemu dengan Rendy
sepulang sekolah nanti. Setelah beberapa bulan ini aku tidak bertemu
dengannya jangankan melihat wajahnya mendengar suaranya saja aku tidak
pernah. Mungkin karena Rendy terlalu sibuk dengan urusannya.
Sesampainya di sekolah, Dara dan Shaqila sudah menunggu ku di kelas.
“Hai Sy, gimana nanti. Pasti kamu gak sabar yah?” Tanya Shaqila sedikit ingin tahu.
“Iya nich Sis,aku jadi pingin buru-buru pulang aja.” Jawab Sheila.
“Ya
ampun Sheila kitakan baru masuk belum mulai pelajaran lagi.” Sindir
Dara dengan menggeleng-geleng kepalanya sambil menepuk bahuku.
Akhirnya
bel pulang berbunyi tanda pelajaran kami sudah selesai. Dengan bergegas
aku langsung pamit pulang duluan. Aku menunggu di kantin sekolah, aku
lihat jam ternyata masih jam setengah satu. Rendy janji menjemputku jam
satu nanti disini. Sambil menunggu waktu itu aku memesan segelas es
degan. Tak lama kemudian Rendy datang juga meski terlambat 15 menit.
Aku lihat wajahnya murung dan sorot matanya menggambarkan kesedihan yang
mendalam.
“Hai Sheila apa kabar “Tanya Rendy. “Baik-baik saja Rendy.” Jawab Sheila.
Aku tak banyak berkata-kata aku hanya ingin tahu saja mengapa wajahnya murung.
“Rendy,
mengapa kamu kelihatan murung. Kamu punya masalah?” Tanyaku padanya.Aku
semakin mengkhawatirkan orang yang jadi pacarku empat tahun ini sejak
aku duduk di bangku SMP kelas 3.Aku tahu betul Rendy pasti sedang punya
masalah.
Sebelum
Rendy menjawab dia sudah mengajakku pergi meninggalkan kantin.
Tiba-tiba Rendy berkata, “Kamu ingin tahu kenapa aku selama satu bulan
ini tidak menghubungimu atau bahkan menemuimu?”
“Aku tahu kamu harus keluar kota untuk bekerja, mungkin kamu sibuk makanya kamu tidak menelponku.” Jawab Sheila.
“Hanya
itu yang kamu tahu? Bukan karena itu Sheila masih banyak yang kamu
belum tahu tentang aku Sy. Mungkin kamu terlalu baik untuk aku , kamu
selalu berusaha untuk berada dekat dengan aku saat aku merasa kehilangan
semangat, saat aku merasa benar-benar tak berarti untuk jadi orang yang
kau cinta.” Kata Rendy.
“Jangan katakan kalau kamu tidak mencintai aku lagi Rendy!! Aku tidak ingin mendengarnya.” Jawab Sheila.
“Bukan Sheila.”
“Lalu apa maksud kamu bilang seperti itu?” Tanya Sheila.
“Tidak
mungkin aku tidak mencintaimu Sy. Kamu sudah terlalu memenuhi seluruh
pikiranku. Selama ini banyak cerita yang kulalui bersamamu, tak pernah
sedikitpun kamu menyakiti perasaanku, kamu selalu membuat aku tersenyum
bahkan tertawa disaat kesedihan melanda.”Jawab Rendy.
Rendy
mengajakku untuk menumpangi perahu berdua dengan makanan dan minuman
yang tertata rapi dimejanya ada dua lilin dan satu tangkai bunga mawar
dan secarik kertas berwarna biru tertuliskan namaku “SHEILA PERMATA”.
“Mungkin
aku tak bisa membahagiakanmu tapi paling tidak izinkan aku memberikan
yang terlebih pada diriku untukmu. Maafkan aku atas kata-kata yang tak
terwujud, maafkan aku atas kebisuanku selama ini.
Dariku yang Takut Kehilanganmu.
Rendy Satriya.”
Aku seakan-akan telah terlelap dalam mimpi indahku.
“Mimpikah aku?”
“Tidak Sheila kamu tidak bermimpi kamu sedang bersama aku sekarang.” Jawab Rendy.
Hari
sudah mulai sore aku mengajak Rendy pulang karena aku takut dimarahi
mamaku. Karena aku tadi tidak bilang kalau akan pulang sore. Aku takut
mamaku mengkhawatirkan aku.
“Rendy, hari sudah sore ayo pulang aku takut mama marah sama aku.” Ajakku.
“Tenang saja Sy tadi aku sudah izin mama untuk ngajak kamu dan pulang larut.” Jawab Rendy.
“Terlalu
banyak yang sudah kamu perbuat untukku Ren tapi sesungguhnya aku
mengenalmu. Aku tahu sebelum kamu mengatakannya padaku, yang aku butuh
bukan kata-kata manis atau puisi bahkan setumpuk bunga mawar.Karena yang
aku butuh hanya kamu dan bersamamu dalam setiap detik yang aku punya.
Ada kamu yang menjagaku, ada kamu yang memberi aku semangat.” Kata
Sheila.
Enam bulan berlalu
akhirnya aku diterima di salah satu Universitas tempat Rendy kuliah
dulu. Belum lagi Shaqila dan Dara juga diterima ditempat yang sama. Ini
hari pertamaku mengikuti OSPEK. Dan Rendy yang mengantarku ke kampus.
Saat aku mengikuti OSPEK semuanya masih berjalan lancar. Aku merasa
seluruh badanku remuk kepalaku pusing dan tak tau apa yang terjadi lagi
setelah mataku terpejam dan terjatuh. Sadar-sadar aku sudah berada di
ruang perawatan kampus.
“Sy, kenapa kamu, kamu belum makan “ Tanya Dara dan Shaqila mengkhawatirkan aku.
“Loh kok kalian boleh masuk kesini?” Tanya Sheila.
“Ia sekarang kita sudah diizinkan pulang oleh kakak senior.” Jawab Dara.
Satu
minggu berlalu entah kenapa akhir-akhir ini badanku terasa pegal-pegal
belum lagi rasa nyeri ditulangku. Dulu aku juga pernah seperti ini dan
sudah diperiksakan kedokter. Aku hanya tidak boleh terlalu lelah saja.
Setelah minum obat hilang semua. Tetapi sekarang kok tambah parah yah,
sudah dua hari aku tidak masuk kuliah, tentu saja semua jadi khawatir
akan keadaanku. Tiap pulang kuliah Dara dan Shaqila selalu menemaniku di
rumah belum lagi perhatian Rendy yang membuat aku merasa jadi ratu.
Satu
minggu berjalan lancar badanku terasa lebih enak, tulangku pun menjadi
lebih bersahabat sehingga aku beranikan diri untuk meminta Rendy untuk
jalan-jalan menghirup udara segar. Akhirnya Rendy menyetujuinya.dengan
persetujuan mama tentunya. Rendy mengajak Dara dan Shaqila juga pasti
seru deh. Rendy menjemputku. Setelah berpamitan kita melaju ke tempat
Dara dan Shaqila lalu pergi berempat kesalah satu tempat karoke di
Jakarta karena aku yang memintanya. Entah mengapa aku ingin sekali
bernyanyi bersama mereka. Penuh canda tawa semuanya riang aku merasa
tidak seperti orang sakit.
Rendy selalu tersenyum dan bernyanyi sambil melihat ke arahku sehingga membuat Dara dan Shaqila iri.
“Aduh…… yang berduaan serasa dunia milik berdua.” Sahut Dara agak sedikit mencibir sambil tertawa memandang Siska.
“Dara aku sayang deh jangan pergi dariku!!!” Sahut Shaqila meledekku dan Rendy.
Tiga
jam berlalu dan kami menghabiskannya disini. Penuh canda tawa dan
kenangan yang indah bersama mereka. Hari ini hari minggu sudah pasti
semua libur, kali ini aku meminta Rendy untuk pergi ketempat wisata di
Jakarta. Kali ini Dara dan Siska juga ikut. Aku membawa bekal secukupnya
dan kamera untuk mengabadikan suasana disana nanti. Entah kenapa aku
tidak ingin melewati hari-hariku sendiri dan hanya sendiri. Kami pergi
dan disana banyak kejadian yang menyenangkan. Kami berfoto dan selalu
bersama banyak sekali foto dan gaya-gaya kami. Keesokan harinya aku
ingin pergi ke sebuah villa bareng dengan mereka dan keluargaku. Tetapi
kata Rendy aku sudah terlalu lelah bagaimana kalau diundur minggu depan
dan kebetulan juga tepat hari ulang tahunku. Dengan terpaksa akupun
mengiyakannya.
Keesokan
harinya Rendy rutin datang ke rumahku dan bicara dengan kedua orang
tuaku. Aku sempat mendengar percakapan mereka yah apa lagi kalau bukan
pesta ulang tahunku nanti.
“Bagaimana Nak kamu sudah mencari villa yang tepat buat acara Sheila?” Tanya Mama Sheila.
“Sudah
Tante. Tempatnya cocok sekali untuk acara ulang tahun Sheila. Villa
milik Paman saya yang ada di Bandung. Bagaimana Om setuju atau tidak?
Kalau Om dan Tante tidak setuju dengan villa yang ada di Bandung, saya
akan mencarikan lagi villa dekat-dekat Jakarta.” Tanya Rendy kepada
orang tuaku.
“Ya sudah tidak apa-apa villa di Bandung. Kebetulan Tante disana juga punya saudara. Iya kan Pah?” Tanya Mama kepada Papa.
“Iya tidak apa-apa yang penting Sheila suka tempatnya dan gembira.” Jawab Papa.
“ Jadi villa sudah ada dan siap untuk dipakai. Nanti saya akan menelpon Paman saya untuk membersihkan villanya” Kata Rendy.
Mama
sibuk menelepon saudara-saudara untuk memberitahukan jika ada acara
ulang tahunku. Dan agar mereka mau datang ke pesta ulang tahunku.
Sedangkan papa dan Rendy sibuk menyiapkan persiapan-persiapan yang
sangat dibutuhkan nanti. Rendy bolak-balik ke Bandung untuk memeriksa
villa milik pamannya apakah sudah siap. Karena Rendy ingin pestaku nanti
bisa meriah dan semuanya gembira dan bahagia terutama aku..
“Sayang,
aku ke Bandung dulu ya, aku mau memeriksa apakah villa buat pestamu
sudah siap. Aku janji nanti sore aku sudah disini lagi. Aku hanya
sebentar.” Pamit Rendy padaku.
“Iya, hati-hati ya. Nanti sore janji disini lagi ya!!” Kata Sheila.
“Iya Sheila.”
Tak
lama kemudian Rendy berangkat bersama temannya namanya Tio. Jam dinding
menunjukkan pukul 17.00 WIB tetapi Rendy belum juga kembali. Rasa
khawatirku mulai nampak. Dia tak segan-segan menelpon Rendy karena dia
takut terjadi sesuatu kepada orang yang dia sayang.
“Rendy,
sudah jam segini kamu kok belum kembali? Ada apa? Aku khawatir sekali
sama kamu. Cepat pulang ya Ren!!” Kata Sheila menunjukkan kalau dia
sangat khawatir.
“Iya
Sheila. Aku tidak apa-apa kok kamu tenang saja. Ini juga sudah dijalan
mau ke Jakarta. Tapi jalannya macet makanya pulangku nanti agak telat
gak apa-apa kan?” Jawab Rendy.
“Iya sudah gak apa-apa yang penting kamu baik-baik saja. Hati-hati ya.” Kata Sheila mulai tenang.
Selang beberapa jam Rendy sampai di rumahku. Dia langsung bercakap-cakap dengan kedua orang tuaku.
“Om, Tante villa di Bandung sudah siap. Kita tinggal memakainya saja." Kata Rendy.
“Iya
Ren. Terimakasih ya kamu sudah mau boak balik Jakarta-Bandung hanya
untuk memeriksa villa yang akan digunakan acara Sheila.” Kata papa.
“Oh iya Om gak apa-apa itu juga buat Sheila. Karena saya sangat mencintainya Om Tante. Sheila sudah tidur ya Tan?” Tanya Rendy.
“Iya tadi dia sudah tidur katanya sudah lelah nunggu kamu pulang.” Jawab Mama.
“ O… Ya sudah tante. saya pamit pulang dulu. Salam buat Sheila tante.” Pinta Rendy sembari meninggalkan tempat duduknya.
“Iya besok pagi Tante sampein ke Sheila.”
Keesokan
harinya Dara dan Shaqila datang ke rumah mereka memberikan data
teman-teman yang akan diundang. Tidak tahu kenapa aku jadi semakin sedih
ternyata banyak sekali orang-orang yang sayang kepadaku. Aku beruntung
sekali mereka ada disisiku. Akh…. tubuhku menggigil dan kurasakan dingin
aku juga merasakan sakit yang luar biasa ditulangku. Tapi aku tidak mau
mereka tahu karena aku tak mau mereka mengkhawatirkan aku. Aku sengaja
menyembunyikan sakitku. Oh.. Alangkah berkaca-kaca mataku. Kenapa aku?
Ada apa denganku.....??Tiba-tiba saja Dara dan Shaqila masuk kamarku
tanpa mengetuk pintu.
“Hai Sheila.,, Ciieee yang mau ulang tahun ngaca mulu nih”. Sahut situkang celetuk Dara.
“Kita ke salon yuuk aku ingin memotong rambutku!” Ajak Sheqila.
“Aku juga mau creambath nich Sheila. Kamu sekalian mempercantik diri buat ulang tahunmu nanti.”
Sepulangnya
dari salon memang sich badanku agak rilek. Besok sudah acaranya semua
jadi semakin sibuk. Malam ini aku tidur tidak nyenyak serasa ingin
sekali tidur bersama orang tuaku. Untung saja Rendy datang ke rumah
sambil membawa kue kecil bertuliskan Happy Birthday untukku tepat jam 12
malam.
“Selamat
ulang tahun ya Sayang. Semoga lekas lepas dari sakitmu. Apa yang kamu
inginkan akan terwujud.” Kata Rendy sambil mengecup keningku.
“Aku gak nyangka kamu akan datang aku kira hanya lewat telepon. Makasih ya Rendy.” Kata Sheila.
“Keesokan
paginya baru kamu datang aku ingin ngasih kamu sesuatu yang berbeda apa
lagi untuk calon istriku.” Kata Rendy sambil menunjukkan cincin yang
Rendy bawa untukku.
“Maukah kamu bertunangan denganku Sheilaku “ Tanya Rendy.
Hanya airmata yang kusematkan dipipiku aku. Aku tak mampu berkata apa-apa.
“Jelas Rendy aku mau.” Kataku Sambil memeluknya.
Rendypun
memakaikan cincin dijari manisku. Sesampainya di Villa aku merasa lega
entah kenapa aku merasa semua bebanku terlepas hilang tertiup angin.
“Acara
sudah mau mulai sayang, semua sudah berkumpul didalam.” Kata Rendy yang
tiba-tiba muncul diiringi sebuah kecupan dipipiku dan memelukku.
“Rendy, kamu janji yah apaun yang terjadi nanti dengan aku, kamu tidak boleh menangis.” Pinta Sheila.
“Iya aku janji. Kamu kenapa sich bicara seperti itu Kok ngomongnya kayak mau pergi aja Dah yuuk kita masuk.”
Setelah
beberapa jam, akhirnya selesai juga. Aku sungguh lelah sekali tapi aku
sangat senang. Yang lain sedang asyik bermain disini hanya ada aku,
Rendy, Dara dan Siska. Kami bicara panjang lebar. Kali ini aku yang
banyak bicara.
“Aku Cuma mau
ngucapin terimakasih sama kalian semua karena kalian sudah jadi yang
terbaik, jadi pacar yang setia, jadi teman bahkan saudara. Terimakasih
karena sudah membantuku mewujudkan mimpi terakhirku.” Kataku.
Mereka menangis sambil memelukku. Tiba-tiba saja aku tak ingat apa-apa. Yang aku hanya malaikat sudah menjemputku.
“SHEILA!” Semua berteriak,
Semua
menangis meratapi kepergian Sheila. Raut wajah kesedihan tampak jelas
terlihst diwajah orang-orang yang aku sayangi. Sebelum aku benar-benar
telah pergi izinkan aku TUHAN untuk memeluk orang-orang yang aku sayang.
Sampai akhirnya akun benar-benar telah pergi ke dunia lain.
Satu
tahun kemudian setelah kepergian Sheila, Rendy datang ke makam Sheila
dengan membawa kotak kecil yang diikat rapi dengan pita.
“Aku
datang dengan membawa hadiah untukmu. Ini foto-foto terakhir
kebersamaan kita sebelum kepergianmu satu tahun yang lalu. Aku belum
sempat memberi tahumu. Fotonya lucu-lucu apalagi kamu kelihatan sehat.
Sampai-sampai aku tak menyangka jika kamu akan meninggalkanku sendirian.
Aku gak menyangka kalau kamu terkena kanker tulang. Aku tiba-tiba
menghilang selama satu bulan karena aku tidak bsa terima orang yang aku
sayangi menderita penyakit separah ini. Aku tau dari mama dan juga
dokter yang memeriksa kamu. Maafkan aku jika aku menyianyiakan kamu
waktu itu. Makanya aku ingin tebus semua kesalahanku dan aku akan
membuatmu bahagia sampai akhirnya kamu telah pergi untuk selamanya. Jika
ada hal yang terindah dalam hidupku aku yakin hanya kamu yang terindah,
jika aku boleh memutar waktuku lagi aku yakin hanya kamu yang aku pinta
kembali. Tenanglah disana dimana kamu tidak akan pernah merasa sakit
lagi. Aku akan menjaga kenangan kita.” Kata Rendy.
Selesai...
Selamat Datang: Shiela >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Selamat Datang: Shiela >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Selamat Datang: Shiela >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK Tl